Re: Steroid Induced Cushing’s Syndrome
Dear All,
Ada pengalaman pahit di luar pendidikan tinggi yang ingin saya sharing agar bisa menjadi perhatian bersama.
Saya ini memiliki riwayat alergi kulit terlebih di masa kanak-kanak. Masa remaja alergi kulit ini tiba-tiba sembuh menghilang. Muncul kembali pada saat saya melepaskan anak-anak studi lanjut tahun 2003. Karena sangat mengganggu aktivitas sehari-hari saya berobat pada seorang dokter umum di kota kami, beliau berikan saya lameson 4 mg sebanyak 10 tablet tanpa ada peringatan apa-apa, saya konsumsi dan ternyata berbulan tak dihinggapi alergi. Begitu seterusnya setiap muncul alergi saya datangi dokter tersebut tetap diberi obat sejenis, kalo pilek ditambah celestamin, sama sekali saya tak tahu kedua macam obat ini mengandung STEROID yang bila kelebihan konsumsi sangat membahayakan kesehatan. Mungkin sebelumnya saya konsumsi tak berterusan sehingga side effects tak gitu kelihatan. Mulai tahun lalu berhubung agak rapat dikunjungi alergi kulit dan saya juga memilik keterbatasan waktu untuk rutin kunjungi dokter, dokter di sini hampir semua buka praktek di sore hari, kalo pulang kerja ke sana saya akan kelewatan waktu Magrib, saya tidak bisa mengemudi dan tak biasa keluar malam sendirian sehingga belakangan saya beli sendiri lameson 4mg dan konsumsi terus hampir 6 bulan lamanya tanpa sadar ada bahaya yang sedang mengintai kesehatanku.
Desember 2010 saya mulai sering terasa keletihan yang luar biasa, anehnya mulai bermunculan jerawat di muka, berat badan mendadak dari 62 kg naik menjadi 69 kg hanya dalam tempo satu bulan. Januari 2011 muka saya (terutama di pipi terasa sangat berat) bengkak seperti Moon face, kaki dan tangan kadang sulit digerakkan, kepala sering sakit sehingga 3 x dalam seminggu harus langganan bibi urut datang ke kantor pijat saya, dan agak terrible muncul benjolan di tyroid dan tumbuh kumis tipis di atas bibir.
Awal 2011 saya terbang ke Penang, waktu itu dokter lebih fokus ke biopsy tyroid dan buang (laser) kumis aneh. Mereka sebelumnya tak pernah jumpa saya maka tak rasa pipiku bengkak, disangkanya memang lahir dengan pipi agak montok, kumis mereka anggap kelainan homon. Rabu lalu saya ke sana lagi dengan niat mau operasi benjolan tyroid yang menurut hasil biopsy tidak ganas sekalian ingin operasi daun telinga yang hilang pada kecelakaan maut 1994. Satu hari sebelum operasi dilaksanakan ( yang direncanakan Jumat lalu ) saya konsultasi ke Dokter Endocrin ( tyroid ) dan beritahukan dokter tersebut pipiku semakin bengkak dan kaki berserta tangan terasa semakin hari semakin kaku dan kaki dekat betis sudah mulai bengkak ( hari ini tgl 22 Feb 2011, bengkaknya menjalar dari kedua tangan mulai dari siku ke bawah dan kaki dari lutut ke bawah ). Mendengar penuturanku Dokter sangat terkejut karena hasil pemeriksaan full blood test di Jan 2011 menunjukkan saya sehat. Lantas dia tanya apakah ada konsumsi obat tertentu, saya perlihatkan lameson, melihat itu dokter langsung geleng kepala dan suruh saya segera ulangi chek renal function test (walaupun hasil test Jan 2011 bagus) ditambah serum cortisol test. Syukur sore hari keluar hasil fungsi ginjal tidak terganggu namun serum cortisol menunjukkan saya positif kena STEROID INDUCED CUSHING’S SYNDROME, steroid sudah menguasai pusat mengatur homon (ACTH sangat rendah) membuat daya tahan tubuh hampir tak ada sehingga mudah dihinggapi bermacam penyakit.
Dokter Malik mengingatkan saya agar hati-hati konsumsi obat yang mengandung steroid, katanya itu banyak terdapat di obat flu, alergi bahkan di salep dan kosmetik juga ada. Yang agak lazim diberikan dokter Indonesia adalah DEXAMETHASONE. Obat yang mengandung steroid pemakaiannya harus dibawah pengawasan dokter, di Malaysia maksimum hanya diberi dokter 3 hari. Kalo ada case yang mengharuskan lebih dari 3 hari dan tak ada alternatif lain baru diberikan namun dosisnya diatur dari tinggi sampai rendah ( karena lewat 7 hari tak boleh dihentikan secara mendadak). Efek jangka pendek adalah menyebabkan naik berat badan secara berlebihan, moon face, berjerawat, irregular bleeding, sleep problembs, hair loss, depresi, tekanan darah tinggi, sakit tulang. Efek jangka panjang menyebabkan bone loss, catarect, glaucoma, atrophia ( berhenti pertumbuhan), premature menopause dll. Walaupun moonface dan gangguan fisik bisa hilang dalam waktu 2-3 bulan ( menurut dokter ) namun bagaimana kerugian akibat efek jangka panjang sulit diprediksi, dan seandainya pada saat sistem dalam tubuh sedang kacau balau ini sangat berbahaya bila melakukan operasi ( operasi saya dibatalkan) bagaimana kalo ada operasi yang tak bisa dicancel ? tentu jadi high risk.
Untuk itu saya menghimbau teman-teman agar be careful dalam konsumsi obat, jangan konsumsi suatu obat tanpa pengawasan dokter. Semalam saya sempat tanya sahabat karib yang berprofesi dokter, kenapa dokter yang memberi saya Lameson tak pernah jelaskan obat tersebut tak boleh diulang tanpa resep, mengingat di Indonesia obat kan bebas dijual-belikan di apotik. Jawab teman itu, paling salah pasien kenapa beli obat berulang tanpa resep, no 2 salah adalah pemerintah kenapa tak control peredaran obat, no 3 salah katanya adalah apotik yang mau cari untung dengan menjual obat tanpa resep. Teman itu sama sekali TIDAK MERASA DOKTER WAJI MEMBERI WARNING KE PASIEN, katanya tak boleh beli obat tanpa resep dokter itu adalah ketentuan yang harus dipegang pasien, dokter hanya berkewajiban memberi resep tanpa harus menjelaskan. Saya kurang setuju karena seorang dokter yang memahami kebebasan peredaran obat di sini dan minimnya pengetahuan pasien adalah wajib memberi warning ( itu merupakan kode etik dokter), seandainaya sudah beri warning pasien tetap bandel baru pasien tersebut bisa disalahkan 100%. Walaupun tak ada peraturan yang menyalahkan dokter namun apakah hati dokter akan tenang melihat pasiennya jadi korban hanya karena minim informasi steroid ?
Di bawah ini adalah yang saya search dari internet tekait ” STEROID INDUCED CUSHING’S SYNDROME ” semoga bisa jadi warning bagi yang belum mengetahui bahaya kelebihan pemakain steroid. Salam, Fitri
http://communitylink.reviewjournal.com/servlet/lvrj_ProcServ/dbpage=page&mode=display&gid=00027000000960304812692687
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000389.htm
PS: Don’t worry, saya masih masuk kerja dan beraktivitas seperti biasa, hanya gerakan jadi agak lamban mungin pengaruh bengkak sana sini dan malam tak tahan kerja sampai larut malam. Yang lain-lain alhamdulillah tetap lancar.
Salam kenal Mbak, saya Anita mau tanya2 boleh ya Mbak. Suami saya jg sepertinya mengalami hal yg sama. 2 bln yg lalu menderita demam tinggi akhirnya diberi obt oleh dokter salah satunya jenis kortiko steroid. Diagnosa dokter adl demam rematik. Sampai 2 bln mnm obt dr dokter, akhirnya stl tdk mnm obt lg bdn rasanya sering meriang, tulang skt, ada benjolan di bwh rahang. Yang mau saya tanyakan obt apa dan saran yg diberikan Dokter Mbak di Penang utk mengatasi kelebihan kortiko steroid dan brp lama dikonsumsi. Terima kasih.
Salam kenal Bu Anita, bagi penderita steroid syndrome tidak ada obat untuk menghilangkan keluhan tersebut, dokter hanya pesan jaga gizi dan istirahat yang cukup biar tubuh kita yang memulihkan kembali sistem peredaran homon dll yang sudah sempat lumpuh. Karena saya konsumsinya di atas setahun maka setelah berhenti pada akhir tahun 2010 mengalami banyak kesengsaraan, sekujur badan tak ada yang tak bengkak terutama di tempat yang lembek seperti perut, paha dll. Aktivitas jadi sangat tergangggu dengan melajunya beratnya badan akibat bengkak sana sini, sering demam, sakit tulang, muncul benjolan di gondok, tumbuh kumis dan paling ngeri adalah dilandai depresi dan gampang terpicu emosi. Selama satu tahun saya berobat ke Penang dan S’pore hanya disuruh check darah dan dokter-dokter cuma sarankan sabar dan beri semangat bahwa organ dalam tidak ada yang rusak. Jan-Mei 2011 adalah periode yang penuh cobaan apalagi saya harus kerja di beberapa perusahaan dan mengelola milis-milis dan web kopertis, ngantuk sepanjang hari kadang lagi kerja tiba-tiba terserang ngantuk yang luar biasa sampai air mata meleleh terus. Syukur setelah melalui phase yang penuh derita bulan Juni 2010 hasil check darah menunjukkan sistem tubuh sudah mulai pulih, dan sekarang sudah hampir pulih seperti sebelum sakit. Kalo saya baca suami Ibu konsumsi steroid sekitar 2 bulan ( di Penang dan Singpore hanya mengijinkan pasien konsumsi steroid paling lama 3 minggu dengan dosis diturunkan secara bertahap, dan harus di bawah pengawasan dokter), membaca kondisi suami Ibu tidak seburuk kondisi saya mudah-mudahan bisa lebih cepat pulih.
Salam hangat, Fitri.
Terima kasih atas saran dan masukannya, Mbak Fitri. Salam hangat, Anita.
wah….saya juga nih, dari kecil udah alergi, tp gak pernah makan obat sampai berhari-hari, kalau alerginya sudah hilang sehari udah berhenti, waduh, ngeri juga ya sama efek obat itu, terima kasih lho mba fitri, salam kenal dari saya yulia.
Salam Kenal mbak, saya juga 3 tahun terakhir Ini mengalami alergi kulit berkepanjangan (Kalo tidak minum obat kambuh lagi alerginya) padahal dahulu saya tidak alergi. Sudah ke dokter berulang Kali tapi tetap saja setelah obat habis kambuh lagi. Entah Sudah berapa banyak obat alergi yang saya minum. Setelah membaca web Ini saya sangat takut terhadap efek obat yang Sudah saya minum selama Ini. Saya sering beli sendiri celestamine bila obat dokter Sudah habis. Dokter hanya menyuruh supaya menghindari makanan penyebab alergi selama 6bulan tapi faktanya sangat susah menghindari makanan penyebab Nya karena sangat banyak sekali pantangannya. Mungkin yang aman hanya sayur an Dan daging sapi saja. Yang mau saya tanyakan, setelah mbak sembuh Dari steroid syndrome, apakah alergi mbak masih Ada? Dan apakah mbak masih mengkonsumsi obat alergi lagi bila alergi itu kambuh? Trims.
Salam kenal dik Silvia, saat ini untuk alergi kulit kalo sedang kambuh saya dianjurkan dokter makan Aerius desloratadine 5mg, kalo tak parah cukup makan satu tablet per hari selama 3-7 hari. Obat ini tidak mengandung steroid dan minim side effect. Harganya jauh lebih murah bila kita beli di apotik yang ada di Malaysia, sekitar separuh harga dari harga di Indonesia. Saya juga disuruh pakai rosken dry skin cream, karena kulit kering juga bisa menimbulkan gatal, rupanya kulit saya sekilas pandang seperti tidak kering namun setelah rajin pakai rosken lumayan terbantu (mengurangi alergi).
Ok ya dik, maaf agak lambat balas karena jaringan dari kota saya hari ini sangat sulit akses ke web kopertis 12. Salam, Fitri.
Salam mbak Fitri, saya juga mengalami hal yg sama, tapi kira2 tahun 2009. Yang mau saya tanyakan:
1. Apakah mungkin syndrome ini berulang? Cek darah apa yg mesti saya ambil utk memastikannya?
2. Lalu mbak berobat kemana? Saya juga sudah ke Penang tp komen mrk sama persis seperti komen mrk utk mbak. Malah mrk tdk percaya kalau saya bengkak.
3. Kalo boleh tau, gaya hidup dan pola makan spt apa yg membuat mbak pulih kembali?
4. Terimakasih sebelumnya mbak Fitri.
Salam, Maureen
4.
Salam kembali dik Maureen, maaf lagi di Jakarta jenguk adik tiri yang sakit keras, tak bisa melihat arsip laporan cek darah, kalo ada tanda-tanda kena syndrome, dokter akan merujuk ke lab untuk cek kadar steroid kita. Kalo sudah sembuh tak berulang kecuali kita kelebihan konsumsi steroid lagi. Kadang ada penyakit tertentu justru disembuhkan oleh steroid. Saya berobat ke Island hospital oleh dr Malik (dokter spesialis endokrin), tidak ada obat diberikan, obat alergi yang mengandung steroid diturunkan secara bertahap sampai ketergantungan pada steroid jadi nol, butuh waktu setahun saya baru sembuh. Selama masa pemulihan tidak ada obat hanya daya tahan tubuh yang memulihkan kita. Jika alergi kambuh saya konsumsi aerius tablet 5 mg (satu tablet per hari) maksimal 7 hari (obat ini agak aman tidak ada kandungan steroid), dan pakai rosken for dry skin sebagai pelembab kulit.
Salam kenal mbk fitri .teman sy sama persis mengalami sprti mbk fitri dia mengkonsumsi lameson 8mg sdh 2 th .yg saya mau tanyakan apa pengganti obat alergi yg aman ? Bgmn cara menghilangkn ketergantungan dr lameson dan menghilangkn efek sampingnya .terima kasih
Salam kenal dik Yunita, mengingat sudah lama pemakaian, untuk menghilangkan ketergantungan harus dibawah control dokter secara bertahap diturunkan dosisnya, ada kalanya butuh waktu setahun atau lebih atau kurang dari itu tergantung kecanduan pada steroid. Steroid di tubuh kadang bermanfaat tak selamanya buruk, ada kasus tertentu Steroid malah sebagai penyelamat nyawa, cuma pemberian obat yang mengandung steroid harus di bawah control dokter.
Saya sekarang kalo alergi kambuh konsumsi aerius 5 mg/tab (anjuran dokter di Penang), kalo tak parah cukup 1 tablet/hari. Kondisi mungkin beda-beda, sebaiknya temannya Yunita menanya ke dokter yang menanganinya.
Salam, Fitri.
saya hari ini berobat & diberi dexamethason oleh dokter. Saya batuk ,pilek & asma. Stelah baca artikel ini saya jd takut minum obatnya. Saya baru minum 1 tablet, apakah sebaiknya stop ? Mohon saranya. Terima ksaih.
Dik Udoh kalo obat yang mengandung steroid diberi sesuai arahan dokter dalam jangka waktu pendek tidak membahayakan, malah bisa membantu penyembuhan. Yang tak boleh adalah membeli sendiri dan dikonsumsi dalam jangka waktu lebih dari seminggu tanpa pengawasan dokter, itu yang tak boleh. Kadang dalam keadaan terpaksa ada penyakit tertentu atau proses operasi yang membutuhkan pemberian steroid dalam dosis tinggi, dokter biasanya mengurangi dosisnya secara bertahap tidak secara mendadak dihentikan.
semoga lekas sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti biasa, amiiin,
Salam hangat, Fitri.
Saya sangat setuju dengan pendapat Mba Fitri, bahwa seorang dokter seharusnya memberikan education terhadap obat yang diberikan kepada pasiennya dan efek samping terhadap obat tersebut.
Seperti yang Alm Papa saya alami, bahwa Beliau sebelumnya menderita parkinson dan setiap hari mengkonsumsi levazide, lalu dokter memberikan satu obat yang katanya merupakan vitamin untuk otak. Namun justru vitamin tersebut bertolak belakang dengan levazide, sehingga mengakibatkan tubuh yang seharusnya bisa mensimulasi kandungan levazide dan membantu pemulihan parkinson, malah bereaksi terbalik. Justru mengakibatkan tubuh tidak bisa bergerak bahkan terjadi serangan stroke, hingga akhirnya mengakibatkan kematian.
Saya juga mengalami batuk alergi sehingga dokter memberikan dexamethason untuk mengurangi batuk tersebut. Mungkin hampir 2 tahun terakhir ini saya bergantung dengan obat tersebut apabila batuknya kambuh. Namun sudah beberapa bulan ini saya mulai kurangi mengkonsumsi obat tersebut bahkan sudah tidak meminumnya dan menggantinya dengan memakan kencur apabila batuk menyerang, alhamdulilah justru lebih mujarab mengkonsumsi kencur tersebut 🙂
Saat ini justru yang mendera adalah reaksi obat yang baru-baru ini saya minum “methylprednisolone”, saya juga masih belum tahu hasil diagnosa dokter secara pasti karena keluhan awal saya hanyalah nyilu dilutut, terasa baal diwajah dan lelah yang tidak kunjung hilang sekalipun sudah istirahat. Baru beberapa hari mengkonsumsi obat tersebut ternyata efek sampingnya sudah sangat terlihat. Perubahan yang paling terlihat adalah perubahan pada wajah (moon face), semenjak terasa ada perubahan yang aneh saya mulai menghentikan penggunaan obat tersebut, namun reaksi obatnya masih belum hilang 🙁
Informasi mengenai efek samping dari obat-obatan tersebut pun saya peroleh dari internet, bukan dari dokter maupun dari apoteker. Justru saat ini kita mesti cerdas dalam menganalisa obat apa yang baik untuk kita minum. Semoga sharing saya ini bisa bermanfaat juga untuk yang lain.
makasih sharing pengalamannya mba Fitri. saya juga sering mengalami allergy kulit gatal dan merah radang, dan dikasih dokter lemeson-4. dengan membaca akibatnya dari sharing nya mba, saya jadi berhati hati konsumsi obat tanpa resep dokter,