Kemristekdikti: 60 Persen Riset Indonesia Ditulis Orang Asing

20170221_164529
Dirjen SDID Iptek dan Dikti Ali Ghufron Mukti

Kamis, 23 Maret 2017 | 04:15 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) menyebut lebih dari 60 persen riset di Indonesia ditulis orang asing. Padahal, banyak tulisan pengetahuan yang bisa digali di Indonesia.

“Lebih dari 60 persen tulisan tentang riset Indonesia bukan ditulis oleh orang Indonesia di jurnal internasional,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti di Jakarta, Selasa (21/3). Ia menyayangkan hal tersebut.

Padahal menurutnya, dengan banyaknya jumlah dosen dan mahasiswa di Indonesia, seharunya banyak riset dan inovasi yang dihasilkan. Ia menyebut, banyak potensi riset di Indonesia yang dapat diangkat untuk meningkatkan daya saing bangsa.

Hal tersebut yang menjadi salah satu dasar dari Kemristekdikti mengundang profesor kelas dunia dalam program World Class Prefessor 2017. Ghufron menyebut, belum banyak orang Indonesia yang menulis dan meneliti di bidang keilmuan dan teknologi.

Ia menjelaskan, penyelenggaraan World Class Professor 2017 memiliki dua skema, yakni Skema A dan Skema B. Pengkategorian itu, ia menjelaskan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda masing-masing perguruan tinggi.

Ia menjabarkan, Skema A ditujukan bagi perguruan tinggi berakreditasi A dan telah masuk daftar QS WUR. Serta mempunyai Pusat Unggulan Indonesia Perguruan Tinggi (PUI PT).

Skema A ditujukan untuk meningkatkan jumlah publikasi internasional pada jurnal bereputasi bertaraf Q1 SJR-Scimago atau indeks yang berkualitas yang lain. Selain itu, Skema A bertujuan untuk meningkatkan jumlah doktor lulusan dalam negeri dengan publikasi berkelas minimal Q3 SJR-Scimago atau indeks yang berkualitas lain, meningkatkan reputasi akademik dan sitasi per dosen, meningkatkan kompetensi SDM dalam meneliti dan menulis publikasi di jurnal berkelas dunia. Serta, menggali potensi dosen dan sumber daya di Indonesia untuk kontribusi pengembangan Iptek Indonesia dan Global.

Sedangkan Skema B, ia melanjutkan, untuk perguruan tinggi lainnya dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK). Skema ini juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah publikasi internasional pada jurnal bereputasi, meningkatkan jumlah HaKI, memperluas jejaring internasional, meningkatkan kompetensi SDM dalam meneliti dan menulis publikasi. Serta, menggali potensi dosen dan sumber daya di Indonesia untuk kontribusi pengembangan iptek Indonesia dan global.

World Class Professor 2017 berlangsung dalam dalam waktu enam bulan. Selama bertugas di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, para profesor kelas dunia akan melaksanakan perbaikan kualitas artikel, joint publication untuk disubmit ke jurnal internasional bereputasi, melaksanakan joint supervision bagi mahasiswa S2 dan S3.

Serta melakukan joint research dengan dosen muda maupun senior, joint study program; membantu analisis data bagi mahasiswa S3, melaksanakan program pemagangan penelitian bagi mahasiswa S3 dan dosen di laboratorium World Class Professor (WCP), membantu PUI-PT, PT dan LPNK membuat proposal untuk memperoleh dana penelitian atau pengembangan proyek pendidikan yang akan diajukan ke pemerintah masing-masing atau ke penyandang dana internasional, membantu set-up global satellite laboratory di PUI-PT dan mencantumkan PUI-PT di situs grup WCP sebagai bagian dari global satellite laboratory.

Rep: Umi Nur Fadhilah / Red: Winda Destiana Putri