KEMANDIRIAN TEKNOLOGI

Satelit Lapan A3/IPB Diluncurkan Juni

26 April 2016

BOGOR, KOMPAS — Generasi terbaru satelit eksperimen Lapan A3/IPB akan diluncurkan dari Bandar Antariksa Sriharikota, India, 10 Juni nanti. Salah satu fungsi satelit hasil kerja sama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan dan Institut Pertanian Bogor itu untuk pemantauan pertanian.

Perekayasa Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Senin (25/4), mengamati satelit Lapan A3/IPB. Satelit itu akan dikirim ke India akhir bulan ini dan diluncurkan dari Bandar Antariksa Sriharikota, India, 10 Juni mendatang. Salah satu fungsi satelit itu adalah untuk pemantauan pertanian.
KOMPAS/M ZAID WAHYUDI – Perekayasa Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Senin (25/4), mengamati satelit Lapan A3/IPB. Satelit itu akan dikirim ke India akhir bulan ini dan diluncurkan dari Bandar Antariksa Sriharikota, India, 10 Juni mendatang. Salah satu fungsi satelit itu adalah untuk pemantauan pertanian.

Setiap tahun, kebijakan impor beras menimbulkan perdebatan. Meski produktivitas lahan bisa diperkirakan, luasan areal panen sulit dipercaya. Dengan pencitraan satelit, luas areal panen dan produktivitas lahan yang beragam bisa dihitung lebih akurat.”Ke depan, penentuan luasan panen padi tak memakai angka ramalan karena konversi lahan pertanian terjadi,” kata Rektor Institut Pertanian Bogor Herry Suhardiyanto pada sosialisasi persiapan peluncuran Satelit Lapan A3/IPB dan Hasil Operasi Satelit Lapan A2/Orari di Pusat Teknologi Satelit Lapan, Rancabungur, Bogor, Senin (25/4).

Pada kesempatan kali ini IPB memang dilibatkan dalam pembuatan satelit tersebut. Menurut Herry, keterlibatan ini dilakukan karena IPB mendapat mandat dari negara sebagai institusi terdepan dalam riset tentang ketahanan pangan. Selain itu, IPB memiliki banyak ahli di bidang remote sensing dan perencanaan wilayah.

Selama ini, kata Herry, bangsa Indonesia selalu memanfaatkan informasi dari satelit milik negara lain. Karena situasi itu, bangsa ini tentu harus memiliki informasi yang akurat dari satelit milik sendiri. Dengan kata lain sesuai dengan kebutuhan negeri ini. Oleh sebab itu, menurut Herry, sejak 2009 IPB mulai merintis kerjasama dengan Lapan. Kerjasama dimulai dengan pembahasan bersama tentang space mission.

Menurut Herry, satelit tersebut difokuskan untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan dan kebanggaan nasional. Dalam hal ini dengan menggunakan satelit yang dibangun oleh anak bangsa.

Pemantauan pertanian itu jadi salah satu fungsi satelit Lapan A3/IPB untuk melaksanakan klasifikasi lahan dan observasi lingkungan melalui pencitrapush broom (teknologi pengambil citra dengan sensor spektroskopi) multispektral dan kamera visibel resolusi tinggi. Adapun misi ilmiah satelit ialah mengukur medan magnet bumi.

Selain itu, satelit berfungsi memantau lalu lintas laut global. Lapan A3/IPB mengorbit bumi melintasi kutub utara dan kutub selatan bumi. Itu akan melengkapi data pantauan lalu lintas kapal laut dari satelit Lapan A2/Orari yang mengorbit bumi di sekitar khatulistiwa.

“Selain deteksi kapal pencuri ikan, satelit itu juga bisa melacak lalu lintas kapal yang mengancam negara, seperti mendeteksi penyanderaan 10 anak buah kapal Brahma 12 beberapa waktu lalu,” kata Kepala Pusat Teknologi Satelit Lapan Abdul Rahman.

Menurut Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, desain, perancangan, produksi, dan pengujian Lapan A3/IPB dilakukan ahli Indonesia dengan fasilitas di Indonesia. Produksi satelit memakai fasilitas Lapan dan pengujian dengan fasilitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

“Biaya produksi Lapan A3/IPB sekitar Rp 60 miliar dan Lapan A2/Orari Rp 50 miliar,” ujarnya. Dibandingkan dengan satelit eksperimen sebelumnya, Lapan A3/IPB berbobot 115 kilogram atau 39 kg lebih berat daripada Lapan A2/Orari. Penambahan berat penting dalam pembuatan satelit operasional pengamatan bumi berbobot 1.000 kg.

Untuk itu, perlu penyiapan fasilitas dan dana besar, tetapi itu terkendala terbatasnya dana Lapan. Padahal, teknologi satelit yang dikembangkan bermanfaat besar bagi masyarakat dan bangsa. “Butuh Rp 1,5 triliun untuk mewujudkan satelit operasional,” kata Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati. (MZW)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Satelit Lapan A3/IPB Diluncurkan Juni”

Baca juga :

Ini Hasil Operasi Satelit LAPAN A2/ORARI

Satelit Maritim dan Pangan LAPAN-A3/ IPB Siap Mengorbit

Ini Kehebatan Satelit LAPAN-A3 yang Siap Diluncurkan

Indonesia Satellite History – Part 3