Dunia Usaha Bersinergi dengan Kampus

25 April 2016
 
JAKARTA, KOMPAS — Ketidaksesuaian kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja kerap dikeluhkan. Perusahaan-perusahaan sulit menemukan lulusan yang siap kerja.
 
Kondisi ini, jika dibiarkan, akan membuat daya saing perusahaan di Indonesia yang memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN dan global rendah. Sejumlah perusahaan berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk melengkapi kompetensi yang sinkron dunia kerja.
 
Salah satu upaya melengkapi mahasiswa di perguruan tinggi dengan realitas di dunia kerja dilakukan HSBC Indonesia. Institusi ini setiap tahun menggelar Kompetisi Kasus Bisnis HSBC atau HSBC Business Case Competititon. Hari Sabtu (24/3), HSBC Indonesia bermitra dengan Putera Sampoerna Foundation menggelar kompetisi bergengsi di Sampoerna University di Jakarta.
 
Ada 13 tim dari perguruan tinggi yang berkompetisi meraih tiket sebagai wakil di HSBC Business Case tingkat internasional di Hongkong. Kompetisi ini menantang mahasiswa menganalisis secara tajam dan komprehensif beragam kasus nyata dari perusahaan-perusahaan berkelas dunia dalam berbisnis. Selanjutnya, mahasiswa memberi gagasan-gagasan orisinal secara tajam, berani, dan percaya diri. Mahasiswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan motivasi dan pencerahan serta mendengarkan pengalaman berbisnis dari profesional dari dalam dan luar negeri.
 
Peserta mendapatkan inspirasi untuk bisa mengatasi berbagai keterbatasan dalam diri untuk menjadi yang terbaik dari Head of Special Project HSBC Indonesia Stuart Rogers, Presiden Direktur Lotte Mart Wholesale Joseph Buntara, serta pebisnis mula Marchella Febritrisia (pendiri @Generation90an).
 
Nuni Sutiyoko, Head of Corporate Sustainability HSBC Indonesia, mengatakan, penting untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa di luar kampus. Perusahaan peduli pada masalah kompetensi mahasiswa yang merupakan generasi masa depan, termasuk calon pemimpin bisnis masa depan. Mereka berpotensi jadi sumber daya manusia perusahaan, selain jadi pelanggan dan mitra bisnis pada masa depan.
 
Pelengkap teori di kampus
 
Joseph mengatakan, mencari orang yang tepat untuk bekerja di perusahaan masih jadi tantangan di Indonesia. Untuk perusahaan yang berjaringan internasional, kemampuan berbahasa Inggris merupakan hal sederhana yang masih jadi hambatan, termasuk pula kemampuan bisa mengambil keputusan bisnis yang tepat. “Kami sambut baik kompetisi atau program yang memberi bekal tambahan pada mahasiswa untuk melengkapi kompetensi di kampus yang berdasar teori. Ini memudahkan perusahaan untuk menyaring calon tenaga kerja potensial yang tepat,” ujar Joseph.
 
Menurut Fung Fuk Lestario, juri HSBC Case Competition Indonesia dan juga pengusaha, perguruan tinggi atau sekolah bisnis di Indonesia perlu mengembangkan metode studi kasus untuk mengarahkan daya analisis mahasiswa dan kemampuan mengambil keputusan tepat-kreatif.
 
Kondisi sulitnya perusahaan mencari orang yang tepat untuk mengisi bidang yang membutuhkan kompetensi khusus juga terlihat dari studi Willis Towers Watson Indonesia. Hal ini mengemuka dalam program A Taste of L’Oreal yang dilaksanakan PT L’Oreal Indonesia, pekan lalu.
 
Sebanyak 8 dari 10 perusahaan di Indonesia menghadapi tantangan untuk merekrut lulusan universitas dengan keahlian tepat dan siap memasuki dunia kerja. Restu Widiati, Kepala Sumber Daya Manusia PT L’Oreal Indonesia, menyatakan, pihaknya memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengikuti program tiga hari.
 
Melalui pembelajaran yang terintegrasi, mahasiswa dibantu agar, ketika lulus kelak, siap memasuki dunia kerja. (ELN)
 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 April 2016, di halaman 12 dengan judul “Dunia Usaha Bersinergi dengan Kampus”.

Baca juga :

Perusahaan Sulit Peroleh Lulusan yang Sesuai