Disabilitas, Yohana “X-Factor” Berjuang Tetap Mandiri

Margaret Puspitarini – Selasa, 05 Maret 2013 13:07 wib

Yohana Febianty Hena. (Foto: dok. Okezone)
Yohana Febianty Hena. (Foto: dok. Okezone)

JAKARTA – Memiliki kekurangan tentu membatasi gerak dan aktivitas yang dapat kita lakukan. Hal ini disadari Yohana Febianty Hena yang kehilangan penglihatan sejak lima tahun silam.

Sebagai mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Yohana pun terbatas dalam mengikuti perkuliahan seperti mahasiswa lainnya. Beruntung, UB memberikan fasilitas berupa seorang sukarelawan yang dapat mendampingi para mahasiswa disabilitas seperti Yohana.

“Untuk mobilitas selama di kampus, saya dibantu sukarelawan. Selain itu, tiap mahasiswa tunanetra dibantu oleh laptop yang bisa bicara dengan program Jaws untuk dapat mengikuti perkuliahan,” ujar Yohana ketika berkunjung ke redaksi Okezone, Selasa (5/3/2013).

Dia mengaku merasa terbantu dalam mengikuti perkuliahan dengan hadirnya sukarelawan maupun laptop yang mampu berbicara. Inovasi tersebut, lanjutnya, membuat mahasiswa tunanetra maupun disabilitas lainnya tidak tertinggal dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

“Dengan adanya laptop yang bisa bicara itu, kamu jadi bisa main laptop sehingga tidak ketinggalan zaman. Karena dulu kan hanya ada huruf Braille,” ungkap finalis X-Factor Indonesia itu.

Memiliki pendamping untuk memperlancar kegiatan perkuliahan tidak membuat Yohana menjadi manja. Dalam mengerjakan tugas perkuliahan, dia selalu mengandalkan dirinya sendiri bukan bergantung kepada pendamping maupun orang lain.

“Saat kesulitan dalam mengerjakan tugas, saya biasanya tanya teman dan sukarelawan. Minta diajari. Tapi saya mengerjakan sendiri, tidak bergantung. Jika ada kesulitan, baru saya bertanya,” urai Yohana.

Perjalanan Yohana untuk dapat mengenyam pendidikan di bangku perguruan tinggi tidaklah mudah. Dara kelahiran Surabaya, 7 Februari 1990 itu terpaksa menganggur selama empat tahun sebelum akhirnya terdaftar sebagai mahasiswa UB.

“UB punya jalur khusus untuk anak-anak disabilitas. Kesempatan untuk anak-anak kekurangan agar bisa mengikuti perkuliahan sama seperti anak normal. Jalur ini baru dibuka tahun lalu sementara saya lulus SMA sejak 2008. Jadi empat tahun saya menganggur, hanya nyanyi dan ikut lomba,” paparnya ramah.(rfa)

Kisah sebelumnya : Tuna Netra, Yohana “X-Factor” Sering Minder

Sumber : Okezone Kampus

>>>

Prestasi dari 2 Mahasiswa penyandang disabilitas di Universitas Brawijaya yang lain

Mahasiswa Disabilitas Berprestadi di Universitas Brawijaya

Senin, 04 Maret 2013 | 20:54 WIB
TEMPO.CO, Malang – Mahasiswa penyandang disabilitas di Universitas Brawijaya,Malang, Jawa Timur, menorehkan prestasi akademik dan non akademik. Dua orang di antaranya mendapat nilai akademik tertinggi di masing-masing program studi. “Dua mahasiswa penyandang disabilitas memperoleh nilai tertinggi, mengalahkan mahasiswa lain,” kata Ketua Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya Malang Fadillah Putra, Senin, 4 Maret 2013. Salah seorang di antaranya, Herliny Meunthia Ranthy, memperoleh nilai akademik tertinggi di program studi hubungan internasional. Sedangkan Fikri Muhandis mencatat nilai tertinggi di program studi seni rupa. “Hasil ini membuktikan mahasiswa berkebutuhan khusus mampu berprestasi asalkan diberikan kesempatan,” ujar Fadillah. Adapun prestasi non akademik ditunjukkan oleh Yohanna Febrianti Hera yang mencatat sebagai peserta ajang pencarian bakat X-Factor Indonesia. Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya ini menunjukkan keterampilan olah suara. Meski mengalami keterbatasan penglihatan, Yohanna bisa berprestasi seperti mahasiswa lain.…dst