ITB, Masihkah ITB untuk Semua?

01 March 2013 | 15:53  oleh Syarif Rousyan Fikri

Beberapa hari yang lalu linimasa media sosial saya dipenuhi dengan berita bahwa biaya untuk bersekolah di ITB semakin mahal saja. Banyak suara yang menyayangkan hal ini di kotak-kotak komentar maupun di berbagai kicauan.

Di tahun-tahun sebelumnya isu mengenai mahalnya kuliah di ITB juga mencuat. Dengan adanya kebijakan yang baru (tanpa disertai sosialisasi yang memadai), muncul kesan bahwa pendidikan di ITB hanya bisa diakses oleh masyarakat yang mampu membayar Rp 55 juta rupiah sebagai ‘uang pangkal’. Padahal kenyataannya, selalu ada pengecualian dan keringanan bagi mereka yang tidak mampu. Namun, tak jarang hal ini sudah membuat jiper duluan, belum lagi ketakutan bahwa besarnya sumbangan akan mempengaruhi proses seleksi.

10 Juta Rupiah Per Semester?

Sementara itu, menurut kabar yang beredar, ITB kembali menetapkan kebijakan baru dalam hal biaya kuliah. Biaya kuliah di ITB sekarang sudah mencapai Rp 10 juta untuk satu semesternya namun biaya penyelenggaraan pendidikan di muka ditiadakan.  Tentu saja kebijakan baru ini perlu disosialisasikan dengan baik agar tidak salah tangkap di masyarakat. Bukan tidak mungkin akan ada yang berpikir bahwa masuk ITB selain harus membayar Rp 55 juta di awal juga harus membayar Rp 10 juta per semesternya. Dan, sebagaimana yang sudah-sudah, saya rasa ITB masih bisa melakukan perbaikan dalam menyosialisasikan kebijakannya.

Sementara itu pagi hari ini, ada kabar lain yang kembali memenuhi linimasa media sosial saya, sebab banyak di-share oleh rekan-rekan saya:

?”Rekan-rekan,
Saya membaca kegundahan teman-teman di thread berjudul ” Kuliah di ITB Rp. 10 juta per semester”. Sesuai dengan apa yang telah di paparkan oleh pak Prof. Kadarsah dan Ibu Marlia Singgih di Hang Lekiu minggu lalu, berikut ini adalah informasi yang lebih lengkap tentang biaya kuliah di ITB :

– Mulai tahun 2013 tidak ada lagi biaya pendidikan di muka ( yang dulu besarnya Rp. 55 juta). Biaya ini di nol kan.
– Biaya kuliah per semester besarnya adalah Rp. 0 sampai Rp. 10 juta, tergantung pada keadaan ekonomi keluarga. Tujuannya agar tidak ada orang yang tidak bisa kuliah di ITB karena masalah ekonomi keluarga.
– 20 % kursi mahasiswa baru disediakan untuk mahasiswa yang berasal dari ekonomi lemah. Mereka mendapat beasiswa bidik misi. Jadi selain biaya kuliah per semester nya Rp 0. mereka juga mendapatkan beasiswa biaya hidup.
– lalu yang 80% mahasiswa baru lainnya, biaya kuliah nya ada yang di disubsidi 0 %, 25 %, 50 % dan 75 %. Berdasarkan pengalaman tahun lalu, hanya sekitar 20 % saja yang membayar penuh ( subsidinya 0%)

Melalui e-mail ini saya mengajak semua alumni untuk mengkomunikasik-an soal biaya kuliah ini dengan lengkap kepada masyarakat luas, agar tidak timbul persepsi bahwa ITB hanya untuk orang kaya. ITB UNTUK SEMUA.

Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana
Sekjen PP IA-ITB

Ya! Tulisan dari Bu Betti di atas sekaligus menjawab judul artikel ini: ITB Masih Untuk Semua. Sepengetahuan saya, ITB sangat ‘pandang bulu soal biaya’, selalu ada berbagai mekanisme untuk mengajukan keringanan bagi mahasiswa yang mampu secara akademis, namun tidak mampu secara ekonomi. Mulai dari beasiswa sampai dengan mekanisme penangguhan pembayaran biaya kuliah, selalu ada bagi mereka yang membutuhkan. Dan bahkan mengirim surat kepada rektor untuk meminta keringanan terkait pendanaan pun bisa saja dilakukan.

Pada intinya, ITB tidak akan pernah mengeluarkan mahasiswanya hanya karena tidak mampu membayar biaya perkuliahan. Yang terpenting, secara akademik harus memenuhi syarat untuk menjalani proses di ITB. Khusus untuk calon mahasiswa, ITB juga menyediakan beasiswa Bidik Misi (http://www.itb.ac.id/news/3838.xhtml).

Di ITB: Beasiswa yang mencari penerima

Saya memiliki sedikit cerita tentang beasiswa di ITB. Beberapa tahun lalu ketika saya sedang mencari data mengenai anggaran kemahasiswaan di ITB, saya sempat berbincang dengan pihak Rektorat di ITB. Betapa terkejutnya saya ketika diberitahu bahwa dana yang dialokasikan untuk Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) tidak pernah habis. Dengan kata lain, jumlah penerima beasiswa tidak memenuhi target. Dan hal ini terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan sumber dananya, dana sisa ini tidak bisa dialokasikan untuk hal lain di tahun anggaran tersebut.

Selain beasiswa PPA yang mencari penerima, setahu saya masih banyak juga jenis beasiswa lain. Mulai dari Peningkatan Prestasi Ekstrakurikuler, beasiswa untuk mahasiswa tidak mampu, voucher makan siang, beasiswa dari berbagai yayasan dan perusahaan, serta Beasiswa ITB untuk Semua. Selama ada kemauan untuk melengkapi administrasi dan memenuhi persyaratan, tentu saja akan ada jalan untuk mendapatkan beasiswa.

Selain yang berbentuk beasiswa, tak jarang mahasiswa ITB juga bisa mendapatkan ‘bantuan finansial’ dari magang atau bisnis. Terdapat banyak tawaran proyek-proyek yang selain bisa memberikan suntikan dana, juga bisa meningkatkan kualitas keilmuan.

So, jangan khawatir masalah biaya! Pasti ada jalannya!

Jangan Takut Masuk ITB

Tentu saja kita masih berharap agar kelak pendidikan bisa lebih murah lagi, dengan peningkatan anggaran, berkurangnya korupsi, dan meningkatnya penerimaan pajak. Akan tetapi, saat ini mahalnya biaya pendidikan adalah konsekuensi penyelenggaraan pendidikan yang tak bisa dipungkiri. Namun, bukan berarti mereka yang tidak mampu menjadi kehilangan akses pendidikan. Masih ada banyak cara, selama siapapun mau berusaha. Jika membutuhkan informasi lebih lanjut, saya yakin segenap mahasiswa ITB dan Keluarga Mahasiswa ITB siap membantu, terutama  melalui kegiatan Aku Masuk ITB.

Semoga sampai kapanpun, ITB masih untuk semua!

Sumber : http://edukasi.kompasiana.com