1 ) Publikasi Penelitian Merupakan Otonomi Kampus
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/02/17/203812/88/14/Publikasi-Penelitian-Merupakan-Otonomi-Kampus

Kamis, 17 Februari 2011 02:52 WIB
JAKARTA–MICOM: Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tidak dapat memaksakan perguruan tinggi untuk mengumumkan hasil penelitian. Pasalnya hal itu merupakan otonomi kampus yang mesti dihormati. Hal tersebut dikemukakan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendiknas Djoko Santoso menjawab hasil penelitian IPB tentang bakteri susu Enterobacter Sakazakii yang menimbulkan kontroversi di masyarakat. “Sebenarnya itu kan otonomi kampus yang mesti dihormati juga dan tidak bisa dipaksakan. Lebih baik ditanyakan pada penelitinya untuk apa dia meneliti. Tetapi ini juga menjadi hak penelitinya untuk mempublikasikannya atau tidak,” kata Djoko Santoso saat menjawab Media Indonesia usai acara penandatanganan Pakta Integritas di kantor Kemendiknas,Jakarta, Rabu (16/2). Namun Djoko mempertanyakan apakah penelitian IPB tersebut untuk mengisolasi bakteri atau bukan.” Nah,sebaiknya anda tanya penelitinya apa tujuan penelitian bakteri susu itu.Karena setiap empat jam sebenarnya susu bisa tercemar bakteri,”ujarnya. Sementara Mendiknas M Nuh mengaku masih akan mempelajari hasil penelitian tersebut,”Beri saya waktu mempelajarinya terlebih dulu, namun kita harus menghormati MA dan juga otonomi IPB,” tukasnya. (Bay/OL-)

>>>

2 ) IPB Terpojok Soal Penelitian Susu Mengandung Bakteri
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/kesehatan/11/02/16/164454-ipb-terpojok-soal-penelitian-susu-mengandung-bakteri

Rabu, 16 Februari 2011, 22:17 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Rektor Institut Pertanian Bogor Herry Suhardiyanyo mengaku pihaknya dalam posisi sulit terkait hasil penemuan penelitian yang menyebutkan sejumlah susu mengandung bakteri enterobacter sakazakii yang menyebabkan sebagian masyarakat resah terhadap temuan itu.”Di satu sisi kami harus menjunjung tinggi etika akademik, tapi di sisi lain kami harus patuh hukum. Kami berharap akan ada jalan keluar yang berlandaskan hukum agar pihaknya tidak melanggar etika akademik karena mengumumkan merek susu formula yang sampelnya pernah mengandung bakteri E sakazakii,” kata Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry dalam sebuah dialog yang dihadiri kalangan akademisi, anggota DPR dan wartawan, di Jakarta, Rabu. Menurutnya, seandainya pihaknya harus mengumumkan lima sampel susu yang mengandung bakteri itu dari 22 sampel yang diteliti pada tahun 2006, maka hal itu akan terjadi ketidakadilan antara merek susu formula yang telah diambil sampelnya. Ditegaskannya, penelitian yang dilakukan peneliti dari IPB Dr Sri Estuningsih, memang bukan penelitian pengawasan sebagaimana seperti yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tapi merupakan penelitian isolasi yang bertujuan mempelajari tentang virulensi dan risiko yang ditimbulkan oleh bakteri E. sakazakii.

…dst

3 ) Atas Nama Undang Undang, Kode Etik Penelitian IPB Bisa Gugur
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/kesehatan/11/02/16/164436-atas-nama-undang-undang-kode-etik-penelitian-ipb-bisa-gugur

Rabu, 16 Februari 2011, 21:25 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Institut Pertanian Bogor (IPB) menolak mengumumkan merek susu formula yang mengandung bakteri Enterobacter Sakazakii karena alasan etika penelitian. Namun, jika penelitian itu menggunakan dana APBN maka etika penelitian bisa digugurkan.
Arif Budimanta, Anggota Komisi XI DPR RI, membenarkan pernyataan Rektor IPB, Herry Suhardianto, yang mengatakan bahwa penelitian bakteri pada susu formula menggunakan dana APBN. Maka berdasarkan Pasal 23 UUD 1945, setiap lembaga yang menggunakan dana APBN itu harus bertanggung jawab kepada masyarakat. Salah satu tanggung jawab itu adalah mengumumkan hasil penelitian itu kepada masyarakat. “Nah kalau atas nama undang-undang yang mengharuskan pertanggungjawaban kepada masyarakat, maka etika penelitian itu bisa gugur,” ujar Arif di Jakarta, Rabu (16/2). Menurutnya, dampak dari tidak diumumkannya merek susu yang tidak terkontaminasi bakteri itu adalah munculnya keresahan dari masyarakat. Masyarakat menjadi resah karena khawatir susu formula yang dikonsumsi oleh bayi-bayi mereka terkena dampak buruk dari bakteri itu.

…dst

4 ) Menkes Berkukuh Tak Punya Data
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/382430/

Thursday, 17 February 2011
JAKARTA(SINDO) – Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak menyimpan data hasil penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB),terlebih catatan merek-merek susu formula yang mengandung bakteri berbahaya. “Jadi,kalau ada yang mau melakukan penyitaan dokumen hasil penelitian tentang bakteri enterobacter sakazakii, silakan saja.Tapi, kami tidak punya datanya,” ujar Endang di Jakarta kemarin. Mengenai ancaman pemidanaan terhadap dirinya sebagai salah satu pihak yang menolak putusan MA untuk mengumumkan merekmerek susu formula yang tercemar bakteri enterobacter sakazakii,Endang mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan sudah bersiap meminta bantuan ahli hukum. Dia juga menekankan bahwa Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam posisi yang sama, tidak mendapatkan salinan hasil penelitian IPB. “Jadi, jangan kami yang dikejar-kejar,”tandasnya. Endang meminta masyarakat tidak resah karena pemerintah telah menjamin bahwa berbagai merek susu formula yang saat ini beredar di pasaran sangat aman untuk dikonsumsi.

…dst

5 ) Sri Mengaku Tak Tahu Merek Susu yang Ditelitinya
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/382428/

Thursday, 17 February 2011
Nama Dr drh Sri Estuningsih,50,sebagai peneliti dan dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB) mencuat setelah hasil penelitiannya mengungkap adanya kandungan bakteri berbahaya,enterobacter sakazakii, dalam susu formula dan makanan bayi.

AWALNYA, dosen ilmu Patalogi yang mengajar sejak 1990 ini sangat tertarik meneliti streptococcus agalactiae yang menjadi hambatan utama dalam peningkatan produksi susu sapi perah.”Kalau pada manusia, bakteri ini sebagai penyebab penyakit sepsis dan meningitis neonatal,” jelas perempuan kelahiran 29 Juni 1960 ini saat ditemui SINDO di Kampus IPB,Senin (14/2). Setelah melakukan serangkaian penelitian sejak 1996 hingga 2001, perempuan yang meneruskan sekolah di Deutscher Akademischer Austausch Diens (DAAD) Jerman ini berencana meneliti enterobactersakazakiipada makanan bayi dan susu formula.

Penyakit yang biasa ditimbulkan bakteri ini adalah meningitis atau radang selaput otak. IPB pun mengajukan proposal dana penelitian ke Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) yang langsung disetujui. Dana penelitian diperoleh bertahap yang sumbernya dari dana hibah Bank Dunia sebesar Rp40–50 juta per tahun. Penelitiannya berjudul “Potensi Kejadian Meningitis pada Mencit Neonatus Akibat Infeksi Enterobacter Sakazakii yang Diisolasi dari Makanan Bayi dan Susu Formula”.

Penelitian dilakukan di sebuah laboratorium di Jerman yang sudah terakreditasi oleh Uni Eropa di bawah supervisi dua profesor mikrobiologi yakni Prof Dr Stephen Forsythe dari Inggris dan Prof Dr Ewald Usleber dari Giessen University, Jerman. “Pada 2003 saya meneliti 74 sampel makanan bayi, pada 2004 saya menggunakan 46 sampel susu formula, pada 2006 saya mengambil 22 sampel susu formula dan 15 sampel makanan bayi,lalu pada 2009 saya mengambil 42 sampel susu formula,”sebutnya.

Dalam pengujian, digunakan tikus sebagai hewan percobaan. “Karena hampir semua penyakit dapat dipelajari pada hewan percobaan. Itulah kenapa penelitian kami tidak berorientasi pada perusahaan atau produknya,”tutur Sri. Dia juga menjelaskan,saat melakukan penelitian, dirinya hanya memberi kode nomor pada setiap contoh sampel produk susu formula dan makanan bayi. “Otomatis, saya tidak tahu apa merek susu yang saya teliti. Saya juga mengambil secara acak di toko,”akunya.

Hasil penelitiannya, pada 2003–2006 menggemparkan masyarakat sebab mengungkap 22,73% susu formula (dari 22 sam-pel) dan 40% makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan pada April–Juni 2006 telah terkontaminasi enterobacter sakazakii.Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal kampus pada 2008.

Berdasarkan hasil penelitian yang sama yang dilakukannya pada 2009,sudah tak ditemukan lagi bakteri enterobacter sakazakii di semua sampel susu formula dan makanan bayi yang diujinya. Hasil penelitian ini pula yang mengundang tuntutan dari David Tobing, seorang pengacara, bapak dua anak, yang khawatir anaknya ikut mengonsumsi susu formula tercemar.David menuntut IPB dan pemerintah untuk memublikasikan merek-merek produk susu formula dan makanan bayi yang dimaksud. (dyah pamela)

>>>

6 )  DPR Panggil Mendiknas Pekan Depan
http://us.detiknews.com/read/2011/02/17/072053/1572546/10/dpr-panggil-mendiknas-pekan-depan?n991102605

Kamis, 17/02/2011 07:20 WIB
Jakarta – Komisi X DPR akan memanggil Mendiknas Muhammad Nuh pekan depan. DPR akan mempertanyakan isu aktual seperti intervensi pemerintah dalam pemilihan rektor dan penyebaran buku serial Presiden SBY. “Minggu depan kami ada raker dengan Mendiknas, akan kami tanyakan mengenai isu aktual seperti intervensi dalam pemilihan rektor,” ujar anggota Komisi X DPR, Rohmani, kepada detikcom, Kamis (17/2/2011). Komisi X DPR meminta pemerintah tidak lagi mengintervensi dunia pendidikan. Pemerintah cukup memberikan acuan program tidak harus mengintervensi sampai ke pemilihan rektor seperti yang terjadi di ITS. “Kami minta agar pendidikan berjalan normal sesuai dengan norma akademiknya,” papar Rohmani. Selain itu Komisi X DPR juga meminta klarifikasi terkait desakan penarikan buku serial Presiden SBY yang beredar di sejumlah sekolah di Jawa Tengah. DPR merasa perlu memastikan apakah buku tersebut sudah ditarik atau belum.
“Katanya di Tegal sudah ditarik tapi muncul lagi di Karanganyar,” paparnya.

…dst